Bupati Kabupaten Jombang I : R.A.A. Soeroadiningrat

Profil R.A.A. Soeroadiningrat (Masa Bhakti 1910-1930)

Kanjeng  Sepuh atau Kanjeng Jimat  adalah  panggilan kesayangan warga  Jombang  untuk  Bupati Jombang pertama yakni Raden Adipati Arya Soeroadiningrat atau R.A.A.  Soeroadiningrat.  Beliau  menjabat  sebagai  Bupati  Jombang  sejak  1910  hingga  1930.  Sebelum masa kepemimpinan beliau, Jombang merupakan daerah  afdeeling  Karesidenan  Surabaya  dengan  pusat pemerintahan Jombang. Secara  geografis Jombang terletak pada titik  ketinggian 40 meter di atas permukaan air laut. Namun  sebelum  masuk  di  bawah afdeeling  Surabaya  terlebih  dahulu  Jombang menjadi bagian afdeeling Mojokerto wilayah paling barat. Kemudian pada  tahun 1881 Jombang dipisahkan menjadi afdeeling tersendiri. Sekitar  tahun 1910  afdeeling  resmi dipisahkan dan  menjadi sebuah kabupaten baru dengan cakupan luas  sekitar  920  km persegi.  Sebagai  daerah  afdeeling  baru Jombang dibagi menjadi dua kontrol afdeeling, yaitu kontrol afdeeling Jombang, meliputi distrik Jombang dan Ploso. Kontrol afdeeling kedua terletak  di  Mojoagung  yang membawahi distrik Mojoagung dan Ngoro.

R.A.A Soeroadiningrat merupakan keturunan ke-15 dari Prabu Brawijaya V, Raja terakhir Majapahit. Menurut silsilah, R.A.A. Soeroadiningrat,  dalam silsilah disebutkan R.A.A. Soeroadiningrat V (Bupati Jombang I)  adalah putera dari  R.A.A. Soeroadiningrat IV  (Regent  Sedayu,  1855-1884).  R.A.A.  Soero adiningrat  IV  merupakan  keturunan  langsung  Raden  Museng  atau  R.A. A. Soeroadiningrat  III  (Regent  Sedayu,  1816-1855). Raden  Museng  adalah   keturunan  dari  Raden  Anom  dan  Raden  Ayu  Suradilaga  (Patih Panembahan  Madura).  Raden Anom merupakan putera  Tjakraningrat  IV  (1718-1745 ).  Tjakraningrat IV keturunan dari  Raden Undakan  atau  Tjakraningrat  II  (Panembahan Madura,1648-1707  dan  Bupati-Wedana  Bangwetan,1705-1707).  Raden  Undakan  putera dari  Raden  Prasena  atau  Tjakraningrat  I  (Adipati  Madura,  1624 -1648).  Raden Prasena putera Raden Kara (Pangeran  Tengah  Arosbaya,  Bangkalan,  1592-1621).  Raden  Kara putra Raden  Pratanu  (Pangeran  Lemah luhur/Lemahdu wur,  Arosbaya,  Bangkalan,  1531-1592).  Raden  Pratanu  putra  Ki  Pragalba  (Pangeran  Palakaran,  Bangkalan).  Ki  Pragalba putra  Ki  Demung  (Demang  Palakaran,  Kota-Anyar,  Arosbaya,  Bangkalan).  Ki  Demung putra  Nyi  Ageng  Buda.  Nyi  Ageng  Bud a  putri  Aria  Pratikel/Pabekel  (Madekan, Sampang).  Aria  Pratikel  putra  Aria  Menger  (Madekan,  Sampang).  Aria  Menger  putra Raden Lembu  Peteng  (Madekan,  Sampang,  Madura).  Raden  Lembu  Peteng  putra  Prabu Brawijaya V (Kertawijaya/Bra Tumapel, 1447-1478)  dengan  Kanjeng  Ratu  Handarawati (Putri Cempa). Masa  kecil  Raden Adipati  Arya  Soeroadiningrat  bernama  Bagus  Badrun.  Beliau merupakan putera dari salah satu  selir R .A.A. Soeroadiningrat IV. Sebagai putera seorang Regent  atau  Adipati,  maka  Bagus  Badrun  harus  menjalani  proses  pendadaran  sebagai kader  pemimpin  bangsanya.  Sebagai  bekal  terjun  ke  masyarakat,  Bagus  Badrun  kecil menimba  ilmu  agama  di  Pesantren  Giri. Tidak  cukup  hanya  ilmu  agama,  Bagus  Badrun juga  mendalami  ilmu  kanuragan  atau  beladiri  di  Perguruan  Gilingwesi.  Proses membangun  watak  dasar  pemimpin  masa  itu  benar-benar  dilakukan  secara  paripurna. Karena  selain  melalu i jalur agama,  juga  menggunakan  jalur budaya dan  tradisi  setempat. Sehingga  pemimpin  yang  dihasilkan  betul-betul mumpuni  untuk  menjadi  Pamong  Praja, artinya  panutan  dan  pembimbing  rakyat,  tidak  sebaliknya  menjadi  Pangreh  Praja  atau penguasa rakyatnya.

Bagus  Badrun  d iangkat  oleh  Pemerintah  Belanda  menggantikan  ayahandanya R.A.A. Soeroadiningrat  IV  sebagai  Regent  atau  Adip ati  di d aerah  Sedayu,  Gresik  pada kurun  waktu   1884-1910,  bergelar  R.A.A.  Soeroadiningrat  V,  sebelum  menjabat kedudukan  yan g sama  di  wilayah  Jombang  pada  periode  berikutnya.  Pengangkatannya sebagai  Adipati Sedayu  menimbulkan  kecemburuan  di  kalan gan saudaranya.  Salah  satu di  antara  yang kuran g  setuju  Bagus  Badrun  menggantikan  ayahandanya  adalah  saudara lain  Ibu  bernama  Raden  Jamilun.  Kelak  Raden  Jamilun  memposisikan  diri sebagai oposan R.A.A. Soeroadiningrat V hingga menjadi Regent atau  Adipati di Jombang.

Berbeda  dengan  R.A.A.  Soeroadiningrat  yang  berprinsip  mengikuti  arus  air  tapi jangan sampai  terbawa  arus,  artinya  mengikuti  kemauan  Belanda,  tetapi  tetap  berjuang dan  bekerja  untuk  rakyat.  Bagi  Raden  Jamilun  sikap  moderat  ala  saudaranya  itu sangat bertentangan dengan hati nurani. Maka Raden Jamilun memilih berjuang membela rakyat dengan  cara  dan   keyakin annya  sendiri.  Ia  akhirnya menjadi penyamun seperti kisah Robin  Hood  di  Inggris  atau  kisah  Brandal  Lokajaya,  nama Raden Said atau Sunan Kalijaga ketika melakukan hal yang sama pada kurun waktu akhir Majapahit. Kejahatan  maling  Jamilun  akhirnya  terdengar  juga  oleh  Pemerintah  Belanda. Namun pihak Belanda tidak bisa  berkutik, karena  Raden  Jamilun  adalah saudara  R.A.A. Soeroadiningrat  yang  pada  waktu   itu  sangat  disegani  Belanda  dan  disayang  rakyatnya. Sehingga  sepak  terjang  Raden  Jamilun  dengan jalan  mencuri  harta kaum berduit dan hasilnya dibagi-bagikan untuk rakyat kecil, terus berlanjut tanpa  ada yang menghentikan. Meskipun   tidak  sedikit  maling-maling  kroco  atau  kelas  teri  harus mempertanggungjawabkan  perbuatannya di sebuah  mah kamah pengadilan Beland a yang disebut landraad.

Surat  pengangkatan  R.A.A.  Soeroadiningrat  V  tidak  begitu  saja diterbitkan oleh pihak pemerintah  Hindia  Belanda.  Artinya  selain   pandangan  pihak  Keratuan  Belanda, juga  ada pihak-pihak ain yang mendorong dipilihnya Kanjeng Sepuh  sebagai Bupati Jombang pertama. Pejabat yang dimaksud adalah Bupati Mojokerto ketiga Raden Adipati Arya  Kramadjajaadinegara.  Karena  masa  sebelumnya  Jombang  masuk  dalam  bagian afdeeling Mojokerto, sehingga ikatan batin antara penguasa dua wilayah  ini masih sangat kuat. R.A.A.Kramadjajaadinegara sendiri memiliki orang kepercayaan untuk memantau perkembangan  Jombang  bernama  Imam  Zah id,  seorang  penghulu  di  Sumobito.  Bahkan Imam  Zahid  inilah  yang  mengambil  beselit/Surat  Keputusan  pengangkatan  R.A.A. Soeroadiningrat V sebagai Bupati Jombang ke Batavia. Konon dalam perjalanan membawa  SK dari Batavia, Imam  Zahid  menyempatkan diri membeli bibit mangga gadung. Pohon mangga itu kemudian ditanam di depan masjid Sumobito.  Sekarang  pohon  mangga  gadung  tersebut  masih  dapat  kita  saksikan  di halaman masjid Sumobito, Kabupaten Jombang. Masa  awal  jabatan  Raden  Adipati  Arya  Soeroadiningrat  V  sebagai  Bupati Jombang  ditandai  dengan  peletakan  batu  pertama  pembangunan  Pendopo  Kabupaten Jombang  pada  tanggal  22  Februari  1910  dan  penanaman  pohon  beringin  kunthing  di halaman  pendapa serta  beringin  di  lokasi  Ringin  Conthong.  Penanaman  pohon  beringin ini  menurut  simbolisme  Jawa  adalah  sebagai  lambang  pengayoman  seorang  pemimpin kepada kawula atau rakyat yan g dipimpinnya.

Sebagai pemimpin lulusan pondok pesantren dan perguruan seni beladiri, R.A.A. Soeroadiningrat  V  memiliki  bekal  keilmuan  yang  cukup.  Tulisan  tangan  beliau  dikenal sangat  indah,  terutama  jika  menggunakan  huruf  Arab  Pego  dan  hu ruf  Jawa.  Namun sangat  jelek  jika  memakai  huruf  latin.  Hal  ini  diakui  oleh  Bapak  Raden  Panji  Darmodi selaku cucu beliau. Sosok  R.A.A. Soeroadiningrat V  juga  dikenal  sebagai seorang tokoh pluralis dan moderat.  Bukti  kepluralisan  beliau  diwujudkan  pada  penghormatan  terhadap  keyakinan lain  di luar  Agama  Islam  yang  beliau  anut. Bahkan  di ruang kerja  beliau terdapat patung Budhis  simbol  Agama  Buddha  dan  Batara  Wisnu   sebagai  simbol  Agama  Hindu. Meskipun  demikian R.A.A. Soeroad iningrat bukan penganut sinkretis agama.

Upaya  untuk  mendekati  Belanda  digunakan  Bupati  Jombang  pertama  sebagai media  penyambung.  Sehingga  memudahkan  agenda  tersembunyi  beliau  untuk semaksimal  mun gkin  memakmurkan  rakyat.  Dengan  cara  ini  akhirnya  rakyat  tidak terbebani,  baik  pungutan  pajak  yang  mencekik  maupun  kebijakan  lain.  Justru  banyak kaum  jelata  menghormati  beliau  sebagai  sosok  pengayom  dan  mengerti  kebutuhan rakyat.  Karena beliau dikenal juga sebagai  orang pintar yang bisa mengobati orang sakit dengan  ramuan-ramuan  tradisional.  Atas  jasa  baik  beliau  sebagai pemimpin dan  disukai rakyatnya,  maka  Pemerintah  Belanda  memberikan  bintang  kehormatan  Ridder  Der Oranye  Nasaw  atau  bintang  kehormatan  sebagai  tangan  kanan  Raja  (orang  kepercayaan Belanda). Mengenai kewa skitaan Kanjeng Sepuh atau R.A. A. Soeroadin in grat V ini, banyak saksi  yang  masih  bisa  menceritakan.  Seperti  misalnya;  suatu  hari  diceritakan  bahwa Kanjeng  Sepuh  telah  membeber (menggelar)  tikar  di  Pendopo  Kabupaten  untuk pengobatan  gratis.  Dikatakan  demikian  karena  pasien  yang  berobat  biasan ya  tidak menyerahkan  uang  sebagai  ongkos  melainkan  hasil  bumi  yang  mereka  miliki,  seperti pisang,  kelapa,  dan  beras satu  takar.  Tikar  atau  klasa dalam  bahasa  Jombang  digunakan  antrian pasien atau warga  Jo mbang  yang ingin berobat. Tiba-tiba  ketika giliran salah satu pasien,  Kanjeng  Sepuh  berpesan  kepada  anak  si  pasien   agar  memberikan  ramuan  daun Sembung  kepada  Mbok  (Ibun ya)  sampai  hari  Rebo  Wage.  Kemudian  setelah  tiba  hari Rebo Wage menurut pesan Kanjeng Sepuh,  pasien bersangkutan men in ggal dunia. Benar tidaknya kewaskitaan ini wallahua’lam bishawab .

Salah satu  acara  pesta  rakyat  yang  digelar  ru tin  setiap tahun  oleh  Kanjeng  Sepuh adalah  pesta  memperingati  ulang  tahun  Ratu  Belanda  Yuliana.  Biasanya  dilakukan  di Pendopo  Kabupaten dengan  diwarnai arak-arakan  massal para  petani yang  memamerkan hasil  bumi  mereka.  Mungkin  semacam  karnaval  yang  kita  kenal  sekarang  untuk memperingati kemerdekaan. Hasil-hasil bumi  yang  diarak  keliling  dengan  menggunakan kendaraan  dokar  sepanjang  jalan-jalan  di  Kota  Jombang  tersebut  adalah  hasil  bumi terbaik yang mereka miliki. Kemudian pada sesi akhir acara dilakukan penyerahan hadiah dari  Pemerintah  Belanda  kepada  pemenang  yang  menyajikan  hasil  bumi  terbaik, terbanyak,  dan  terbesar. Hasil-hasil  bumi  itu  berupa pala  pendhem;  seperti uwi,  gembili, tales dan lain-lain, termasu k padi dan palawija. Puncak acara peringatan ulang tahun Ratu Yuliana d ilakukan dengan menggelar tarian dansa ala Eropa dan pertunjukan karawitan.

Di  setiap   kesempatan  selalu  digunakan  Kanjeng  Sepuh  untuk  memperluas jaringan  lobby.  Sering  di  sela-sela  tugas  beliau  sebagai  Bupati,  beliau  secara  sengaja bergabung  dengan  orang-orang  Belanda  dan  asing  lainnya  di  sebuah  komunitas  selatan kantor  pos  sekaran g  yan g  dulu  bernama  community  society.  Atau kelompok high  class zaman  Belanda.  Kegiatan  community society  ini  antara  lain  olah raga  bersama  di  rumah bola  (bowling)  dan bilyard.  Posisi  rumah bola  adalah kantor  telkom  sekarang.  Di  situlah sering  Kanjeng  Sepuh  mendapatkan  perhatian  lebih  dari  pejabat  Pemerintah  Belanda. Tidak  mengherankan  jika  Dr.  Van  Der  Plass  selaku  Residen   Surabaya  san gat  menaruh hormat  pada  Kanjeng  Sepuh.  Rasa  hormat  ini  bahkan  cenderung  mengarah  pada persaudaraan  antar  b angsa.  Karena  Dr.  Van  Der  Plass  sering  melakukan  kunjungan   ke kediaman Kanjeng Sepuh.  Akhirn ya   beberapa  mesin uang Belanda di tanah Jawa berupa pabrik-pabrik  gula  ban yak  didirikan  di  daerah Jombang.  Tidak  kurang  dari  tujuh  pabrik gula  pernah   berdiri  di Kabupaten  Jombang,  antara  lain;  pabrik  gula  Tjoekir,  Ceweng, Djombang Baru, Peterongan, Ploso, Sumobito, dan Mojoagung.

Kanjeng Sepuh  adalah  figur  Bupati  yang  sederhana.  Kesan  in i  terekam  pada keseharian  beliau  yang  men yukai  laku  prihatin.  Pada  setiap  malam  Jumat  Legi  beliau selalu  membakar  dupa  sebagai  media  kontemplasi.  Dupa  tersebut  biasanya  dibuat  oleh Raden  Ajeng  Asiyah  Airmuna  sebagai  putri  keduanya.  Bahan-bahan  yang  digunakan untuk  membuat  dupa  dengan  aroma  khas  dan  berkelas  diperoleh  dari  warisan  turun temurun,  antara  lain  menggunakan  kulit  duku,  kemenyan,  dan  ramuan-ramuan   lainnya. Keteladanan  hidup  sederhana  ini  juga  ditunjukkan  dengan  tidak  bergaya  hidup  mewah, meskipun  gaji  Kanjeng  Sepuh  sebagai  Adipati  sebesar  1000  gulden  setiap  bulan memungkin kan  untuk itu.  Sebagai pembanding uang 15  gulden  saja pada  waktu  itu   bisa digunakan untuk membeli sebuah rumah mewah plus pekarangannya.

Masa pensiun Kanjeng Sepuh sebagai  Bupati di  Jombang, terjadi perang dunia II. Ketika  itu  Jepang  mulai  masuk  ke  wilayah  Indonesia  setelah   berhasil  mematahkan dominasi  Barat  dengan  mengebom  pan gkalan  Angkatan  Laut  Amerika  Pearl  Harbor  di Hawaii.  Semula  kehadiran  bala  ten tara  Jepang  disambut  dengan  sukacita,  tetapi  setelah bangsa  In donesia  tersadar  bahwa  tindakan  Jepang  lebih  parah,  bahkan  lebih  sad is  dari Belanda,  maka  mulailah  perlawanan  di  mana-mana.  Tidak  terkecuali  di  Jombang. Kedatangan  Jepang  ternyata  menyulut  penderitaan  panjang  rakyat  Jombang.  Salah  satu bentuk  kebiadaban gaya  baru  ala  prajurit  Jepang  tersebut  berupa penculikan  gadis-gadis belia  untu k  digun akan  sebagai budak seks tentara Jepang. Penculikan berakhir perkosaan massal  itu  yang  kemudian  terungkap  seb agai  jugun  ianfu  (wanita  pemuas  nafsu  tentara Jepang).

Untuk  menghindari  kebiadaban  bala  tentara  Jepang,  akhirnya  Kanjeng  Sepuh bersama beberapa cucu  beliau  yan g  sudah beranjak  remaja  memutuskan untuk sementara mengun gsi  ke  suatu  tempat/desa  bernama  Gempollegund i  (sekarang  Kecamatan  Gudo ). Di desa  itulah sekitar empat hari  Kanjeng Sepuh ditolong  Lurah d an  warga setemp at agar tidak  diketahui  tentara  Jepang.  Pengungsian  ini  terjadi  setelah  melakukan  serangkaian diskusi  antara  Kanjeng  Sepuh  dan  putranya  R.A. A.  Setjo adiningrat  serta  penasehat spiritual  beliau  yang  terkenal  dengan  sebutan  Mbah  Jimbrak,  Lurah  Gamb ang  (Desa Plumbongambang, Kecamatan Gudo). Benar  juga  dugaan  Kanjeng  Sepuh,  setelah  empat  hari  mengungsi  di Gempollegundi,  Kanjeng  Sepuh  d an  keluarga  memutuskan  kembali  ke  Ndalem Kasepuhan  yang  berada  di  Jalan   Arjuna  (sekarang  Jalan  dr.  Sutomo,  tepatnya  lokasi rumah sakit  Muhammad iyah).  Setiba  di  sana  kondisi  Kasepuhan sud ah  diacak-acak  bala tentara  Jepang.  Kamar  tidur  Kanjeng  Sepuh  dan  kelu arga  kusut  masai  bekas  digunakan serdadu  Jepang.  Beberapa  potong  roti sisa  prajurit  Jepang  tertinggal  di  meja kamar  tidur beliau. Beruntung para p rajurit Jepang itu sudah meninggalkan kediaman Kanjen g Sepuh. Sehingga kehidupan keluarga Bupati Jombang pertama itu bisa normal kembali.

Setelah  jabatan  Kanjeng  Sepuh  sebagai  Bupati  pertama  Jombang  diserahkan kepada  putra  beliau  Raden  Adipati  Arya  Setjoadiningrat,  maka  mulailah  masa  pensiun beliau.  Untuk  mengisi  waktu di sela  aktifitas  pensiun,  Kanjeng  Sepuh  sering  melukis  di kamar pribadi beliau. Aktifitas melukis ini membuktikan  b ahwa Kanjeng Sepuh memiliki bakat terpendam sebagai seniman lukis, meskipun menolak dikatakan sebagai seniman. Raden  Adipati  Arya  Soeroadiningrat  (Kan jeng  Sepuh)  murud  kasidan  jati  atau dipanggil  menghadap  Yang  Maha  Kuasa  pada  20  April  1946,  tepatnya  bulan  Suro,  hari Jumat Pahing.19 Banyak kalangan dan  kolega beliau merasa sangat  kehilangan, termasuk para tokoh ulama.   Sebagai  bentuk  penghormatan terakhir sebelum jenazah  dimakamkan di pemakaman  kelu arga  Pulo Sampurno , sebanyak  empat ulama pemimpin empat pondok pesantren besar di Kabupaten Jombang melakukan sholat jenazah bagi almarhum. Raden  Adipati  Arya  Soeroadiningrat  meninggalkan  seorang  istri  bernama  Raden Ayu  Maimunah  Soero adiningrat  dan  3   orang  putri-putra,  yaitu  Raden  Ayu  Badariyah, Raden   Ayu  Asiyah Airmuna, dan Raden Adipati Arya Sarwadji atau Raden Adipati Arya Setjoadiningrat VIII.

 

NB: Diambil dari Biografi Para Bupati Jombang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jombang tahun 2010

One Response to Bupati Kabupaten Jombang I : R.A.A. Soeroadiningrat

  1. Pingback: Rekapitulasi Nama – Nama Bupati Kabupaten Jombang « S 6311 WW

Leave a comment